Ponorogo,cntvnews.id – Korp Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Putri Cabang Ponorogo mengundang Anggota DPR R I Komisi V Hj Sri Wahyuni S. Sos Kamis pagi 27 Oktober 2022 untuk menjadi nara sumber dalam acara talkshow yang di gelar di Aula Kampus INSURI Ponorogo. Talkshow yang membahas tema “Perempuan & Equal Democracy” dihadiri sekitar 100 mahasiswa dan mahasiswi. Hadir pula sejumlah Tokoh Perempuan di Ponorogo diantaranya Ketua Cabang Fatayat NU Ponorogo Nurun Nahdhiyah Mpd, yang juga menjadi nara sumber pada acara tersebut.
Pada kesempatan itu Hj Sri Wahyuni menjelaskan, tentang perempuan dan kesetaraan gender. Menurutnya dimulai dari kesadaran para perempuan untuk menempatkan diri seiring atau sejajar dengan kaum pria atau suami. Karena itu, seandainya perempuan menjadi sukses dalam karir jangan meremehkan atau merasa lebih hebat dari suami. Pun jika suami menjadi orang yang sukses maka istri harus mampu menjadi pendamping yang baik, bukan di belakang, lebih lebih didepan. ” Ini saya belajar dari suami saya (Drs H Ipong Muchlissoni, red), saya ini hanya istri seorang politisi, beliau suami saya, seorang politisi sejak 20 tahun yang lalu, pernah menjadi DPR RI di Samarinda, saat itu saya baru melahirkan, kemudian (Pernah menjadi Bupati Ponorogo periode 2016-2021, red), beliau (Pak Ipong, red) sering menulis status “Jadilah istri sebagai pendamping, bukan di belakang apalagi di depan”, ini saya praktekan, Alhamdulillah saya bisa belajar dan tidak disangka sangka sekarang saya menjadi Anggota DPR RI,” ungkap Hj Sri Wahyuni.
Hj Sri Wahyuni menjelaskan Politik adalah seni untuk mengajak seseorang untuk mencapai tujuan, Politik itu tidak kotor yang membuat kotor adalah oknum, jadi, kata Sri Wahyuni, dari tergantung diri masing masing. Yang terpenting adalah bagaimana bisa menempatkan dan menjaga diri saat berada dalam ranah politik. ” Politik itu tidak kotor, yang bikin kotor adalah oknum, tergantung kita sendiri. Bagaimana kita menempatkan diri dan menjaga diri. Berada dalam satu politik. Jangan takut berpolitik, politik itu tidak kotor, kalian jangan takut ke politik. Tantangan jangan ditakuti tapi harus kita raih,” jelas Hj Sri Wahyuni dihadapan para mahasiswa, memberi motivasi.
Hj Sri Wahyuni mengisahkan peran perempuan di parlemen atau DPR RI, pada 1999 dari total 500 anggota DPR, perempuan hanya 44 orang jauh dari kwota, kemudian pada pemilu berikutnya meningkat menjadi 65 orang dari jumlah 500 anggota, pemilu berikutnya lagi naik menjadi 100 orang dari total anggota 560 anggota, dan saat ini total anggota parlemen perempuan 123 dari jumlah seluruhnya 575 orang atau sekitar 23 persen. ” Jadi kwota perempuan 30 persen masih kurang,
Saya ingin berbagi cerita di NasDem dari 59 anggota DPR RI , 19 orang diantaranya adalah perempuan atau 32,2 persen, kalau soal masalah kesetaraan gender sudah memenuhi bahkan lebih, ” ungkap Hj Sri Wahyuni.
Terkait soal Demokrasi, Hj Sri Wahyuni mencontohkan sejak dari kehidupan keluarga dirumah tangganya. Hj Sri Wahyuni menuturkan ditengah tengah keluarganya telah menerapkan kehidupan berdemokrasi sejak dini terhadap anak anaknya. Biasanya hal itu terjadi saat berada di ruang makan saat makan bersama keluarganya, disitu anak anaknya yang dinilai pintar pintar itu, terkadang menyampaikan persoalan apa saja yang kemudian diterangkan dan dijelaskan serta diarahkan oleh sang ayahnya yaitu H Ipong.
” Kalau soal Demokrasi, saya sudah menerapkanya di keluarga saya, biasanya terjadi di ruang makan saat makan bersama, anak anak saya yang menurut saya pintar pintar seperti kalian itu, menyampaikan apa saja, kadang berdebat, dan kita sebagai orang tua tidak boleh memaksakan kehendak, Alhamdulillah karena ayahnya (Pak Ipong, red) berpengalaman ya bisa diarahkan dengan jawaban jawaban yang baik dan bisa diterima oleh mereka anak anak saya, jadi tidak boleh memaksa anak atau marah yang tak beralasan, ya kita harus pandai pandai lah mengarahkan mereka,” ungkapnya di hadapan peserta yang disambut tepuk tangan peserta talkshow.
Ditanya soal peran penggerak perempuan secara langsung, Hj Sri Wahyuni berterus terang jika tidak berperan secara langsung, karena komisi V DPR RI membidangi pembangunan infrastruktural. Dari aspirasinya sudah terealisasi antara lain bantuan pembangunan 1000 rumah tak laya huni pada tahun 2020 dan 1500 rumah pada tahun 2021 kemudian pada tahun 2022 sebanyak 1750 rumah tak layak huni. Kemudian pembangunan
PTGAI kalau dulu HIPA atau pengairan, pada periode tahun pertama 51 titik, tahun kedua 115 titik, lalu pisew 10 titik, termasuk program kotaku di 16 kelurahan /desa,
Sandes 14 titik, sumur dalam 11,Bumdes 10, jembatan gantung 3 titik dan lain lain.” Memang saya tidak secara langsung menjadi pengerak gender, karena komisi saya bukan itu, tapi itulah yang sudah saya realisasikan dan itu juga tentunya bisa meningkatkan kesejahteraan bagi kaum wanita atau ibu ibu ,” Pungkas Anggota DPR RI Fraksi NasDem Dapil 7 Jatim Hj Sri Wahyuni ini.
Sementara itu, nara sumber lainya Nurun Nahdhiyah MPd sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Hj Sri Wahyuni, ia mengaku sangat tertarik dengan penjelasanya, utamanya soal contoh kongkrit dari kehidupan Demokrasi yang diterapkan ditengah tengah keluarga Hj Sri Wahyuni. Menurutnya hal itu merupakan contoh kehidupan yang nyata tidak sekedar teori teori belaka. ” Saya sampai tertekun mendengar kisah kehidupan Demokrasi di keluarga Hj Sri Wahyuni, itu merupakan contoh kehidupan nyata, tidak sekedar teori,” terang Ketua Fatayat yang juga akademisi ini.
Nahdhiyah juga sependapat agar para generasi muda tidak apriori terhadap politik. Adanya setigma bahwa politik kotor itu harus ditepis dan dilawan dengan opini yang baik dan sekaligus bisa diluruskan, karena sejatinya politik itu tidak kotor, yang kotor hanya oknum yang membuatnya kotor. ” Stigma itu harus kita lawan, harus kita luruskan, saya dan tentunya kaum perempuan terinspirasi dengan Hj Sri Wahyuni yang telah begitu berperan soal pembangunan, ini menjadi sejarah tentunya bagi perempuan Ponorogo yang telah berbuat untuk bangsa negara dan rakyat, semoga bisa terus berlanjut dalam kebaikan,” pungkasnya.