Oleh : Dr.Mufti Mubaraok
(Dewan Penasehat FKPRM/ Direktur Lembaga Survey Regional)
cntvnews.id – Sebagai warga kota Surabaya, terus terang saya ingin curhat dan hal ini di rasakan oleh sebagian warga Surabaya.
Namun sebelum curhat alangkah baiknya mohon dengarkan lagu yang terkenal di Surabaya, simak sepenggal bait lagu Surabaya ..oh Surabaya.. kota kenangan… kota kenangan… tak kan terlupa….
Ada 2 curhat saya yang penting untuk kota tercinta ini supaya tidak jadi kota kenangan dan kota pecundang :
Pertama, pembangunan infrastruktur kok hanya di tengah saja?
Tampaknya memang benar Surabaya kemungkinan hanya jadi kota kenangan. Kenangan bagi mereka yang berkuasa tapi tidak pada mereka yang tidak berkuasa.
Karena sejatinya pembangunan kota Surabaya hanya seni seorang perempuan paro bayah dengan gaya pekerja yang rajin, belum menjadi kebanggaan warga Surabaya.
Model kepemimpinan satu arah dan cenderung otoriter ditambah model komunikasi gaya emak emak, tampaknya sulit kota ini berkembang dalam banyak aspek, yang menonjol hanya infrastuktur tengah kota tapi di kampung kampung dan pinggiran masih semrawut dan cenderung kumuh.
Saya sering bertanya pada teman teman dari luar kota yang masuk ke Surabaya, rata rata mereka berkomentar: “oh begitu toh Surabaya, lumayan agak rapi, ada ijo ijonya dan banyak pernik pernik kota, ada bola bola, ada layang layang dan lampu lampu.
Sementara temen teman dari kabupaten kabupaten sekitar Surabaya juga sama komentarnya.
Kalau Cuma bikin taman taman dan jalan di tengah kota dan pernik pernik perlu waktu 20 tahun dengan dana trilyunan gabungan dana APBN dan APBD.
Mohon maaf pertanyaannya, apa kerjaan walikota hanya ita itu saja? Ini kan mestinya tugasnya kepala dinas. sebab sejak reformasi dan 4 kali periode walikota atau 20 tahun di monopoli oleh sebuah rezim oligarki yang mirip dinasti.
20 tahun satu rejim berkuasa tampak Surabaya mulai jenuh dan tidak fokus pada rakyat.
Memang ada beberapa hal yang menarik dan tidak bisa di pungkiri, soal taman oke lah bagus, soal pernik pernik kota dan kebersihan kota lumayan, karena membuat taman butuh waktu 20 tahun.
Namun Kalau masuk gang gang dan kampung kampung Surabaya ngeri ngeri sedap.
Masih kumuh apalagi Surabaya yang di pinggiran.
Sementara masalah lain soal SDM, Masalah pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan serta ekonomi, tampak standar standar saja tidak ada yang menonjol
Surabaya itu bukan hanya milik satu Partai golongan ?
Surabaya yang terkenal dengan kota pahlawan kemungkinan juga jadi kenangan saja karena ego sektoral dan kepentingan satu kelompok yang sangat menonjol.
Kekuasaan yang sangat lama akan menimbulkan banyak masalah dan cenderung KKN, Sudah 20 tahun sejak reformasi kota ini dipimpin satu golongan dan bahkan satu partai.
Melalui momentum Pilkada 9 Desember 2020 nanti, Surabaya perlu keluar dari zona aman, karena Surabaya bukan hanya milik satu kelompok, Surabaya perlu banyak keterlibatan semua, tidak hanya yang calon walikota tapi juga masyarakat Surabaya dari lapisan yang paling bawah.
Orang Surabaya banyak yang sukses sebagai tokoh nasional, banyak yang sukses di luar negeri, banyak warga Surabaya yang pingin berperan tapi kurang mendapat tempat karena komunikasi dan kepemimpinan di Surabaya yang monopoli.
Maka siapapun walikota Surabaya perlu perubahan yang ekstrem dan terbuka untuk semua lapisan dan golongan.
Karena walikota Surabaya bukan walikota satu partai. Selamat Surabaya untuk pemimpin barunya nanti.